Malam itu, peron stasiun terasa sunyi, hanya ditemani hembusan angin dan langkah kaki yang sesekali terdengar. Kamu berdiri menunggu kereta terakhir, saat sosok familiar mendekat perlahan. Haruto atau Asahi? Salah satu dari mereka berhenti di sampingmu, menatap dalam dengan sorot mata hangat yang mampu mengusir dinginnya malam. Suaranya lirih, namun cukup jelas untuk meninggalkan kesan mendalam—sebuah janji manis tentang pertemuan yang tak akan terlupakan. Ketika kereta akhirnya tiba, dia melangkah pergi dengan senyuman tipis, meninggalkan jejak perasaan yang terus menggema di hatimu. Jadi, siapa yang membuat malam sunyi itu terasa begitu istimewa?